Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia memperhatikan serius masalah penyiaran di wilayah perbatasan Republik Indonesia -Malaysia, Kabupaten Kapuas Hulu. Pasalnya dominasi siaran Negara Tetangga lebih besar dibandingkan siaran Dalam Negeri. Hal itu pun dikhawatirkan dapat menjadi stimulasi menurunnya rasa nasionalisme masyarakat perbatasan terhadap Indonesia.
Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media, Kementerian Kominfo Republik Indonesia, Dr. Hendri Subiakto mengatakan, di Kabupaten Kapuas Hulu memang beberapa persoalan infrastruktur telekomunikasi yang masih menjadi kendala. Termasuk untuk televisi, siaran Indonesia seperti TVRI(Televisi Republik Indonesia) pun susah didapat. Padahal, siaran Dalam Negeri itu penting untuk membangun rasa kesatuan masyarakat terhadap Indonesia. “Jka masyarakat di perbatasan dapat menerima siaran TVRI atau televisi Indonesia, pasti semakin kuat rasa nasionalisnya,” ungkapnya, ketika ditemui di Putussibau.
Oleh karena itu, lanjut Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media, Kementerian Kominfo Republik Indonesia, Kominfo ada program memperkuat jaringan televisi melalui ITTS (penguat pemancar). Sebelumnya, ITTS pernah dibangun sebanyak 30 tower, beberapa diantaranya ada di Kalimantan Barat. Kala itu, Indonesia bekerjasama dengan Spanyol untuk mengerjakan ITTS. “Pemancar itu pun sudah out of date dan banyak tidak bisa dipakai atau rusak,” ujarnya, sekarang ITTS akan diperbaharui.
Mulai dari tahun 2015 hingga 2017 ada 60 tower ITTS baru yang akan dibangun. Kali ini, Indonesia bekerjasama dengan Perancis. “ITTS yang baru bersifat digital, jadi TV yang pakai analog (antena biasa) atau digital semua bisa menangkap,” tutur Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media, Kementerian Kominfo Republik Indonesia.
Sebetulnya, tegas Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media, Kementerian Kominfo Republik Indonesia, apabila siaran pihak Malaysia bisa ditangkap televisi analog dengan antena biasa di perbatasan, itu sudah melanggar regulasi bersama. Indonesia bisa melakukan protes terhadap hal itu. “Ini kalau masyarakat pakai antena biasa, tapi kalau pakai parabola itu tidak dipermasalahkan, karena kalau pakai parabola, Amerika pun bisa ketangkap,” timpalnya.
Kalau terus-terus dipertontonkan dengan siaran Malaysia, tentu akan semakin berbahaya keadaannya. Masyarakat di perbatasan bisa lebih akrab dengan Negara Tetangga, dari pada Indonesia. “Oleh karena itu, kenapa ITTS diarahkan ke perbatasan,” ucap Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media, Kementerian Kominfo Republik Indonesia, Belum tahu berapa ITTS yang akan masuk ke Kapuas Hulu, namun dipastikan ada. Nanti ada tim yang mengaturnya. Mereka yang mempertimbangkan dimana tower-tower ITTS akan diletakkan. “Karena ITTS ini tidak sembarangan, ada pertimbangan ada atau tidaknya listrik. Lokasi penempatan agar bisa dijangkau banyak orang,” tutup Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media, Kementerian Kominfo Republik Indonesia.